Jan 13, 2016

[Story Blog Tour] Orang yang Seharusnya Tiada



“Itu ayahmu, An?” tanya Ditya.

Sungguh pertanyaan yang juga menjadi pertanyaan besar bagi Ana. Ayahnya sudah lama tidak pulang. Bahkan seringkali ibunya secara tersirat mengatakan bahwa ayahnya sudah tiada. Tapi mengapa kini dia ada di sini? Di rumah kosong yang mengerikan ini. Dan, mengapa boneka menyeramkan ini ada di sebelahnya?

Ditya menggoncangkan bahu Ana. Mungkin ia juga tidak tahu harus berbuat apa. Ana terlihat masih shock akan apa yang ia lihat. Tubuh ayahnya tampak lebih tua dari usia seharusnya. Serta lubang itu. Lubang tempat jantung ayahnya berada. Apa yang sebenarnya terjadi? Ana sungguh bingung sekaligus ngeri. 

“An, sepertinya kita sebaiknya pergi. Aku mendengar langkah kaki.”

Seperti tersiram air dingin, Ana tersadar dan mulai menajamkan indera pendengarannya. Tanpa membuang waktu, Ditya segera menarik tangan Ana untuk bersembunyi di dalam lemari tua yang ada di dalam ruangan itu.

Langkah kaki itu semakin mendekat dan membuat jantung Ana berdetak semakin cepat. Siapa, siapa itu? Ana bertanya-tanya. Ia diam-diam berdoa pada Tuhan agar ia dan Ditya tidak ditemukan oleh siapapun itu yang sedang berjalan ke ruangan itu.

“Bella, sedang apa kau di situ? Bukankah aku sudah bilang kau tidak boleh ke kamar ini sendiri?”

Ana terkesiap dan secara otomatis menutup mulutnya. Itu suara yang sangat ia kenal. Suara ibunya. Sebenarnya, apa yang sudah ibunya lakukan?

“Kau jangan jadi nakal, Bella. Aku tidak ingin menghukummu seperti aku menghukumnya,” ujarnya lagi. 

Tanpa sadar setetes airmata mengalir di pipi Ana. Ia terisak tanpa suara dan Ditya pun perlahan menghapusnya. 

“Ayo, Bella. Kita tidak boleh di sini lama-lama. Pintu ini seharusnya tidak boleh dibuka lagi.”

Bersamaan dengan itu, terdengar suara langkah kaki yang menjauh beserta suara pintu tertutup. Setelah Ana merasa langkah kaki itu sudah cukup jauh, ia merosot ke dasar lemari dan menangis pelan. Ditya pun meraih kepalanya dan meletakkannya pada bahunya. Membiarkan Ana menangis di sana.

“Aku takut. Takut sekali. Bawa aku pergi, Dit. Tolong aku.” Ana terisak sambil berbisik. Ditya hanya mampu menganggukkan kepalanya. 

“Ayo. Aku akan bawa kamu pergi dari sini, Ana. Tapi, kita harus lapor polisi dulu. Terlebih setelah melihat kondisi ayahmu tadi. Ayo,” ujar Ditya pelan. Perlahan, ia membantu Ana untuk berdiri dan keluar dari lemari tempat mereka bersembunyi.

Namun betapa kagetnya mereka ketika melihat tubuh ayah Ana sudah tak ada di tempat mereka menemukannya. 

“Ayah… tubuh Ayah di mana?” tanya Ana heran.

“Sedang apa kalian di sini? Tidak seharusnya kalian berada di kamar ini. Terutama kamu, Ana!”

Ana tersentak mendengar suara yang tidak seharusnya ada di sana. Suara orang yang tadi seharusnya sudah pergi. Suara ibunya.

“Ibu….”

TBC

-------------------------------------------------------------------------
CATATAN:
Tulisan ini bagian dari Story Blog Tour yang diadakan Komunitas OWOP (One Week One Paper). Beberapa member OWOP yang sudah mendaftar, sesuai urutannya membuat story di blog pribadi masing-masing. Kemudian member berikutnya melanjutkan cerita di blog pribadinya juga. Nah, kali ini saya dapat giliran di episode 8.

Episode 1 :  Senandung Malam – Nadhira Arini 

Episode 2 : Rumah tua – Rizka Zu Agustina 
Episode 3 : Misteri Sebuah Kunci dan Sesosok Bayangan – Cicilia Putri Ardila 
Episode 4 : Kunci yang Diputar Tengah Malam – Rizki Khotimah 
Episode 5 : Tamu Tak Diundang – Dini Riyani
Episode 6 : Pulang - Nurhikmah Taliasih
Episode 7 : Tamu Tak Diundang (Lagi) - Mister Izzy
Episode 8 : Jantung - Depi