“Itu ayahmu, An?”
tanya Ditya.
Sungguh pertanyaan
yang juga menjadi pertanyaan besar bagi Ana. Ayahnya sudah lama tidak pulang. Bahkan seringkali ibunya secara tersirat mengatakan bahwa ayahnya sudah tiada. Tapi
mengapa kini dia ada di sini? Di rumah kosong yang mengerikan ini. Dan, mengapa
boneka menyeramkan ini ada di sebelahnya?
Ditya menggoncangkan
bahu Ana. Mungkin ia juga tidak tahu harus berbuat apa. Ana terlihat masih
shock akan apa yang ia lihat. Tubuh ayahnya tampak lebih tua dari usia
seharusnya. Serta lubang itu. Lubang tempat jantung ayahnya berada. Apa yang
sebenarnya terjadi? Ana sungguh bingung sekaligus ngeri.
“An, sepertinya kita
sebaiknya pergi. Aku mendengar langkah kaki.”
Seperti tersiram air
dingin, Ana tersadar dan mulai menajamkan indera pendengarannya. Tanpa membuang
waktu, Ditya segera menarik tangan Ana untuk bersembunyi di dalam lemari tua
yang ada di dalam ruangan itu.
Langkah kaki itu
semakin mendekat dan membuat jantung Ana berdetak semakin cepat. Siapa, siapa
itu? Ana bertanya-tanya. Ia diam-diam berdoa pada Tuhan agar ia dan Ditya tidak
ditemukan oleh siapapun itu yang sedang berjalan ke ruangan itu.
“Bella, sedang apa kau
di situ? Bukankah aku sudah bilang kau tidak boleh ke kamar ini sendiri?”
Ana terkesiap dan
secara otomatis menutup mulutnya. Itu suara yang sangat ia kenal. Suara ibunya.
Sebenarnya, apa yang sudah ibunya lakukan?
“Kau jangan jadi
nakal, Bella. Aku tidak ingin menghukummu seperti aku menghukumnya,” ujarnya
lagi.
Tanpa sadar setetes
airmata mengalir di pipi Ana. Ia terisak tanpa suara dan Ditya pun perlahan menghapusnya.
“Ayo, Bella. Kita
tidak boleh di sini lama-lama. Pintu ini seharusnya tidak boleh dibuka lagi.”
Bersamaan dengan itu,
terdengar suara langkah kaki yang menjauh beserta suara pintu tertutup. Setelah
Ana merasa langkah kaki itu sudah cukup jauh, ia merosot ke dasar lemari dan
menangis pelan. Ditya pun meraih kepalanya dan meletakkannya pada bahunya. Membiarkan
Ana menangis di sana.
“Aku takut. Takut sekali.
Bawa aku pergi, Dit. Tolong aku.” Ana terisak sambil berbisik. Ditya hanya
mampu menganggukkan kepalanya.
“Ayo. Aku akan bawa
kamu pergi dari sini, Ana. Tapi, kita harus lapor polisi dulu. Terlebih setelah
melihat kondisi ayahmu tadi. Ayo,” ujar Ditya pelan. Perlahan, ia membantu Ana
untuk berdiri dan keluar dari lemari tempat mereka bersembunyi.
Namun betapa kagetnya
mereka ketika melihat tubuh ayah Ana sudah tak ada di tempat mereka
menemukannya.
“Ayah… tubuh Ayah di
mana?” tanya Ana heran.
“Sedang apa kalian di
sini? Tidak seharusnya kalian berada di kamar ini. Terutama kamu, Ana!”
Ana tersentak
mendengar suara yang tidak seharusnya ada di sana. Suara orang yang tadi
seharusnya sudah pergi. Suara ibunya.
“Ibu….”
TBC
-------------------------------------------------------------------------
CATATAN:
Tulisan ini bagian dari Story Blog Tour yang diadakan Komunitas OWOP (One Week One Paper). Beberapa member OWOP yang sudah mendaftar, sesuai urutannya membuat story di blog pribadi masing-masing. Kemudian member berikutnya melanjutkan cerita di blog pribadinya juga. Nah, kali ini saya dapat giliran di episode 8.
Episode 1 : Senandung Malam – Nadhira Arini
Episode 2 : Rumah tua – Rizka Zu Agustina
Episode 3 : Misteri Sebuah Kunci dan Sesosok Bayangan – Cicilia Putri Ardila
Episode 4 : Kunci yang Diputar Tengah Malam – Rizki Khotimah
Episode 5 : Tamu Tak Diundang – Dini Riyani
Episode 6 : Pulang - Nurhikmah Taliasih
Episode 7 : Tamu Tak Diundang (Lagi) - Mister Izzy
Episode 8 : Jantung - Depi
Tulisan ini bagian dari Story Blog Tour yang diadakan Komunitas OWOP (One Week One Paper). Beberapa member OWOP yang sudah mendaftar, sesuai urutannya membuat story di blog pribadi masing-masing. Kemudian member berikutnya melanjutkan cerita di blog pribadinya juga. Nah, kali ini saya dapat giliran di episode 8.
Episode 1 : Senandung Malam – Nadhira Arini
Episode 2 : Rumah tua – Rizka Zu Agustina
Episode 3 : Misteri Sebuah Kunci dan Sesosok Bayangan – Cicilia Putri Ardila
Episode 4 : Kunci yang Diputar Tengah Malam – Rizki Khotimah
Episode 5 : Tamu Tak Diundang – Dini Riyani
Episode 6 : Pulang - Nurhikmah Taliasih
Episode 7 : Tamu Tak Diundang (Lagi) - Mister Izzy
Episode 8 : Jantung - Depi
5 comments:
Sereeeeeem ><
lanjut..
Aaakkk... makin kece cerita kita. Mantap Nif!
Episode 10 ko ga ada?
@cici: yeaaaaaaah!!!
@Adniw: sudah diupdate ya linknya... :)
Post a Comment