Feb 26, 2015

Review: Merry Riana, Mimpi Sejuta Dollar



Haaaai....

Sebenarnya tulisan ini sudah dibuat dari tanggal 9 Januari 2015 lalu. Tapi, karena saat itu belum ada tempat untuk posting tulisan ini secara proper, jadilah baru dipost sekarang. Inilah review apa adanya dari gue yang juga penonton apa adanya.


Judul Film: Merry Riana, Mimpi Sejuta Dollar
Nilai: 7/10
Pemain: Chelsea Islan, Dion Wiyoko, Kimberly Ryder, Ferry Salim, Cynthia Lamusu


So, kira-kira tanggal 8 Januari kemarin, gue nonton Merry Riana sendirian. Out of curiousity dan nggak ada temen makanya akhirnya jalan sendiri deh ke bioskop (iya iya menyedihkan). Sebenarnya yang menggerakkan gue buat nonton ini bukan Chelsea Islan tapi Dion Wiyoko (hey, I’m normal so yeah). He looks so fine in trailer. Hahaha.. Okay, stop with basa-basinya.

Pertama-tama, gue blank banget ya sama ceritanya ini. Karena gue nggak baca bukunya juga dan beneran nggak tau siapa si Merry Riana ini (sebut aja gue katro). Di awal, pas adegan kerusuhan Mei 98, sih oke. Tapi trus mengganggu karena channel tv nya. Okelah karena kalo pake stasiun tv yang pas tahun itu, ntar disangka iklan. Oke, no probs. Tapi kemudian, ada gar*ier. I know, itu sponsor. Tapi, ini ganggu banget karena kita taulah jaman taun 98, merk itu belum ada (nggak tau ya di negara lain sudah atau belum tapi seinget gue, belum ada di sini).

Lanjut ke adegan selanjutnya. Setelah mereka sekeluarga akhirnya berhasil kabur setelah dirampok dulu, mereka segera ke Soetta. Ceritanya kan mereka mau ke Singapura ya. Trus, ehem, entah karena ini film dengan dana sederhana atau memang gimana gue nggak tau, nggak ada sama sekali penyesuaian timing dengan mobil yang harusnya ada saat itu. Masa tahun 98 sudah ada APV, Avanza? Hello… logika gue mempertanyakan itu.(karena yang gue tau paling nggak APV tuh baru ada tahun 2000-an)

Lanjut ketika Merry sampai di Singapura. Gue, berhubung gatau di SG harusnya ada apa saat tahun itu, nggak banyak protes. Sampaaaaai….. gue melihat poster iklan hape. Tebak apa. Hape merek S itu. Yang layar sentuh itu. Jaman dulu, jangan layar sentuh, orang punya hape aja kayaknya sulit ya. Masih terus di SG, pas Merry kirim email ke ayahnya, yahoomail-nya tampilan baru, trus temennya udah ada facebook. How come. Seinget gue, facebook itu baru ada tahun 2003-an. Come on lah…. Di sini, gue udah mulai mencari kekurangan terus. Sayang padahal masih di awal pula.

Pada akhirnya, Merry ketemu temennya kan si Irene. Anak Nanyang. Gue nggak mempertanyakan dormnya ya. Karena gue nggak tau. Tapi, kejanggalan berikutnya, hapenya si Irene. Ada yang bisa tebak? Yap. iPhone. How come lagi nih. Dan kalo gue nggak salah mengenali, itu iPhone 5. Sementara yang gw tau, iPhone 5 itu ada tahun 2012-an lah ya kayaknya. Aneh kan.. pada saat ini, gw sebenernya udah mulai males mencari kesalahan karena akan semakin banyak. Jadi gue mencoba untuk mengabaikan detil film dan mulai nikmatin filmnya.

Ceritanya bagus sih sebenernya. Tapi, lagi-lagi, saat gue lagi menikmati (akhirnya memutuskan untuk menikmati ajalah), kejanggalan berikutnya muncul. Hard drive. Gw nggak tau sih bentuk hard drive jaman dulu. Mungkin memang ada, jadi gue kayak yang ya udah mungkin memang ada, stop critisizing. Sampai akhirnya muncul kejanggalan baru. Hapenya Alva. Hahahaha, android. Seketika itu juga gw nyerahlah sama time logic film ini. Mau nggak peduli, terganggu. Mau terus terganggu, gue nggak nikmatin film. Belum lagi bentuk macbook nya Irene itu, yang macbook jaman-jaman sekarang kayaknya. Bukan macbook air, macbook yang biasa kayaknya.

Dan…. Kejanggalan tentang hard drive tadi itu. Di akhir-akhir, si Irene balikin hard drive yang isinya foto-foto keluarga si Merry. Itu bentuk keluaran baru deh. Maksud gue tahun-tahun 2010-ish. Yah, gue nyerah deh….

Seperti yang gue jelasin tadi, overall, kalo mau melupakan detil-detil yang nggak logis tadi, ceritanya bagus (di luar akting Chelsea yang buat gue masih kaku di beberapa bagian, kayak pas nangis dan ketawa, maksa buat gue). Dion Wiyoko, bagus banget sih aktingnya (I'm not bias, he was really good). Maksud gue, gue udah tahu dia nih dari masih jadi presenter berita olahraga. Kimberly juga bagus mainnya. Dan ceritanya, bagus banget sebenernya. Memotivasi sekali. Dan gue sedikit nangis juga pas adegan mamanya Merry nyamper ke Singapura (gue lemah kalo udah ada adegan bawa-bawa orangtua apalagi mama).

So, I gave this movie 7 out of 10. Mau kasih lebih gede gue males karena detilnya, mau kasih lebih kecil, gue suka sama ceritanya. Karena gue bener-bener terganggu sama detil itu semua lho. Kalo soal cerita, gw acung jempol, nice. Bagus. Dan nilai ceritanya pun ada. Worth to watch. Asal jangan terlalu kritis aja, pasti nikmatin banget filmnya sih. 

 Salam sotoy dari si penggila film,
-Nifa

No comments: