Hai~
Jadi, seperti yang
udah gue tulis di postingan sebelumnya (itu loh, yang PS kecil banget di bagian
bawah post), Selasa kemarin gue ke Bandung untuk tes di Mizan. Gue sih
dikabarin hanya untuk psikotes berkaitan dengan lamaran gue ke sana untuk jadi
editor komik (yang terlaksana karena info dari temen mama yang merupakan staf
HRD Mizan). Sebenarnya sih, psikotesnya Rabu. Tapi berhubung waktunya jam 8.30
pagi, nggak mungkin buru-buru berangkat dari Jakarta hari itu juga. Bisa-bisa
telat. Dan lokasi Mizan itu bukan di Kota Bandung. Kayaknya sih di pinggir
gitu. Lebih tepatnya di daerah Ujungberung. Jadi, antisipasi aja sih, gue
berangkat (sama mama) hari Selasa dan pulang hari Kamis (berhubung Jumat
jalanan protokol Bandung ditutup karena ada KAA).
So, Selasa kami jalan
pagi. Jam 9-an deh. Lumayan, jalanan nggak macet. Bahkan Cikarang pun nggak
semacet biasa, alhamdulillah. Pas jalan itu, papa nanya, mau nginep di mana? Karena
kebetulan temannya ada yang dapet voucher menginap di hotel Serela dua malam. Pas
kan? Ya udah. Mama bilang, mau nunggu kabar mengenai voucher itu. Lumayan banget
bisa stay di Bandung 3 hari 2 malam gratis tis tis.
Sampai Bandung,
kira-kira jam 11.30, kami nggak langsung ke hotel (karena papa belum kabarin
lagi). Kami mampir dulu ke The Kiosk Pasar Dago. Oooh, betapa rindu sama
Bandung. Entah kenapa, seneng banget. Sebentar mama ninggalin buat ketemu
kepala sekolah TK yang mama urus (mama psikolog di TK itu maksudnya), gue
sebenarnya nulis. Tapi, belum tahu kapan tulisan itu akan gue post.
Pendek cerita,
akhirnya kami check in. Kamarnya enak, hotelnya pun bagus walau kecil. Selasa malam,
waktunya istirahat. Setelah posting Tantangan OWOP di whatsapp, gue pun tidur. Nggak
mau besoknya bangun telat atau malah ngantuk pas tes.
And then this is the
day! Anehnya, gue santai aja. Deg-degan pun nggak. Gue dibangunin jam 03.00
sama mama untuk sholat tahajud dan hajat. Terus lanjut mandi dan siap-siap. Jam
06.00 kami turun sarapan dan berangkat. Karena mama nggak tahu letak Mizan,
mama memutuskan untuk nganter gue ke rumah temannya yang ada di sekitar bypass
Bandung (iya, jangan tanya daerahnya sama gue, nggak tahu soalnya) untuk nanti
diantar ke Mizan naik motor. Ya, karena traffic di daerah itu bikin mobil susah
lewat.
Akhirnya, jam 07.30
gue berangkat, diantar oleh Tante Ani (teman mama) naik motor. Sepanjang perjalanan,
gue mikir aja. Kalau gue keterima, berarti gue pindah ya ke Bandung. Wah seru
kalau iya. FYI, Bandung adalah salah satu kota yang pengin banget gue
tinggalin. Iya, gue udah sumpek banget sama Jakarta. Pengin punya atmosfer baru
dan menurut gue, Bandung enak banget memang buat ditinggali. Sambil liat-liat
jalan (nothing much to see, anyway), memang macet ternyata. Tapi karena kami
naik motor, bisa nyelip-nyelip.
Nggak berapa lama,
kami pun sampai di Mizan (setelah tanya tukang ojek sebelum masuk Jalan
Cinambo). Depan Mizan itu masih sawah lho, btw. Jalanannya pun kecil. Terpikir mungkin
ini cikal bakal Mizan ya. Bentuk gedungnya pun bukan gedung melainkan rumah.
Ya, nggak usah panjang
lebar deh ya. Tante Ani hanya nge-drop gue. Dia kemudian bilang kalau sudah
selesai nanti kabari. Setelah itu ditinggal deh gue. Di sini, gue benar-benar
sendiri. Well, nggak sendiri. Allah SWT bersama gue kan.
Gue tes bareng dua
orang lainnya. Satu perempuan satu laki-laki, namanya Teh Wiwit dan Aa Andhika
(jangan diciein dulu. Ini karena gue nggak tahu dia lebih muda atau lebih tua
jadi amannya pake Aa). Kami mulai psikotes tepat jam 10.00 dan selesai
kira-kira jam 13.30. Setelah psikotes, rasanya, badan lemas nggak karuan. Capek
banget jujur. Kami dikasih waktu 30 menit untuk istirahat sebelum nanti dikasih
tes tentang bahasa dan perkomikan. Gue pakai waktu itu untuk sholat (dikasih
makan siang sih, tapi gue tipe orang yang nggak bisa makan sebelum ujian
selesai).
Setelah waktu istirahat habis, kami diberi tes itu dan waktu yang diberi hanya satu jam. Saat melihat soal, wow, amazing. Ujian bahasa Indonesia lagi. Selain tes bahasa Indonesia, kami juga diberi delapan naskah untuk kemudian memilih dua di antaranya yang layak terbit dan alasannya. It’s getting real, isn’t it? To be a comic editor.
Setelah waktu istirahat habis, kami diberi tes itu dan waktu yang diberi hanya satu jam. Saat melihat soal, wow, amazing. Ujian bahasa Indonesia lagi. Selain tes bahasa Indonesia, kami juga diberi delapan naskah untuk kemudian memilih dua di antaranya yang layak terbit dan alasannya. It’s getting real, isn’t it? To be a comic editor.
Well, tesnya lumayan
ya, bikin pening. Tapi senang sih, one step closer to my dream, kerja di antara
buku nantinya. Setelah itu kami bertiga menunggu giliran untuk wawancara dengan
user (orang dari CAB Mizan yang menerbitkan komik-komik Mizan) dan HRD atau
psikolognya.
In the end
wawancaranya juga lancar (at least menurut gue). Dan gue pun pulang dijemput
Tante Ani. Sebenarnya sih ada ganjalan ya mengenai wawancara tadi. Tapi gue
berusaha optimis. Gue sudah melakukan yang terbaik dan semoga Allah melancarkan
jalannya. Tapi, seperti kata adik gue, “Gue doain yang terbaik ya, Mbak.”, iya
juga. Gue juga berdoa yang terbaik aja deh. Allah paling tahu kan.
Sesampainya di hotel,
gue tepar. Hahahha. Beneran tepar. Habis mandi dan sholat, gue beneran langsung
tidur. Mata sudah nggak bisa kompromi. Terus, paginya, kami check out dan
pulang. Bye Bandung. Semoga gue beneran diberi kesempatan untuk tinggal di
sini.
Nah, sekalian aja gue
ceritain tentang DD ya. Waktunya memang deketan sih. Jadi, baru juga pulang,
tiba-tiba gue dapet sms dari Dompet Dhuafa. Ya, gue memang apply juga di DD,
untuk kegiatan Sahabat Ramadhan 2015. Sms dari mereka sebelumnya itu persis
sebelum gue dapat panggilan untuk tes di Mizan, menyatakan gue lolos screening
dokumen. Kamis sore itu, gue dapat sms untuk datang tes di kantor pusat Dompet
Dhuafa di Ciputat. Harus konfirmasi paling lambat hari Jumat, gue langsung
nanya mama baiknya. Akhirnya gue balas, gue akan hadir di tes itu. Tesnya Sabtu,
btw. Jam 11.30.
Gue langsung kabari
papa. Karena kalau mau ke sana sendiri gue nggak berani, takut nyasar. Gue sama
sekali nggak tahu jalan. Akhirnya papa bilang mau mengantar. Done. Sabtu pun
tiba, gue berangkat tiga jam lebih pagi dari jadwalnya. Karena Ciputat itu…
macet banget kan. Mengantisipasi macet dan supaya nggak gugup, ya lebih baik
berangkat lebih pagi. Berbekal peta dari waze, kami tiba jam 09.30 di kantor
DD.
Masalahnya kami nggak tahu nih, ini kantor yang dimaksud atau bukan. Akhirnya, gue nanya. Ternyata bukan. Headquarternya atau kantor pusatnya masih ada di depan lagi. Untung nanya dan tibanya kepagian. Coba kalau ngepas. Bye. Akhirnya kami pun putar arah dan jalan terus sampai ketemu tempat yang dimaksud. Sudah ramai sih ternyata, dan gue baru tahu tes itu dibagi beberapa kloter dari pagi sampai sore.
Setelah isi biodata dan menunggu lumayan lama (ngaret banget, jadwal kan jam 11.30, kami masuk jam 11.50an), gue dan yang lainnya akhirnya masuk untuk tes. Psikotes lagi ternyata. Tapi kali ini lebih simpel. Setelah kurang lebih satu jam, tes pun selesai dan kami diberitahu untuk menunggu sampai Selasa-Rabu untuk dihubungi lagi. Jika lolos tes ini, akan dihubungi untuk wawancara. Besar harapan gue untuk dipanggil wawancara. Tapi sampai sekarang sih belum ada sms ya mengenai itu. Doain ya.
Masalahnya kami nggak tahu nih, ini kantor yang dimaksud atau bukan. Akhirnya, gue nanya. Ternyata bukan. Headquarternya atau kantor pusatnya masih ada di depan lagi. Untung nanya dan tibanya kepagian. Coba kalau ngepas. Bye. Akhirnya kami pun putar arah dan jalan terus sampai ketemu tempat yang dimaksud. Sudah ramai sih ternyata, dan gue baru tahu tes itu dibagi beberapa kloter dari pagi sampai sore.
Setelah isi biodata dan menunggu lumayan lama (ngaret banget, jadwal kan jam 11.30, kami masuk jam 11.50an), gue dan yang lainnya akhirnya masuk untuk tes. Psikotes lagi ternyata. Tapi kali ini lebih simpel. Setelah kurang lebih satu jam, tes pun selesai dan kami diberitahu untuk menunggu sampai Selasa-Rabu untuk dihubungi lagi. Jika lolos tes ini, akan dihubungi untuk wawancara. Besar harapan gue untuk dipanggil wawancara. Tapi sampai sekarang sih belum ada sms ya mengenai itu. Doain ya.
Daaaaaaan, selesai. Untuk
saat ini, itu aja sih. Pengalaman gue di Mizan yang paling berkesan. Karena itu
pertama kalinya gue wawancara kerja, sejujurnya. Dan gugup, pasti. Tapi, selalu
ada yang pertama kali kan untuk semuanya? Jadi ya, gue jadiin hal itu sebagai
pengalaman. Next time, I wouldn’t be worse than that, right? Hehehhe.
Doain aja ya, yang
terbaik. See you next time. Jangan bosen bacain ocehan gue ya.
Love,
-Nifa
4 comments:
Wah. Semoga lolos ya mba Nifa ^~^
Btw. Sedikit keluhan. Td bacanya agak mumet karena tlsn ga dipisah2 jd paragraf2. Tp krn pengalamannya menarik yah dibaca aja smpe tuntas hhehe
keep fight ;)
salam owop :)
Terima kasih, Diah.
Makasih banget untuk keluhannya. Sudah dibenerin. Lebih enak beginikah? It's good if you find my story is interesting. :)
Thank you so much...
Baca postinganku yang lain ya... ditunggu feedback lainnya...
xo
Jadi inget pengalaman interview pertama yang nyasar nyasar di daerah latumenten jakbar. dan itu udah 4 tahun yang lalu OEMJI hahaha
oemji latumenen itu di mana aja aku ga tau kaaaak... XDDDD
Post a Comment