May 28, 2016

Diet Mayo: Yay or Nay?

Hai... 

Been a while ya. Hehehhee......

Hari ini gue mau bayar hutang. Banyak banget sebenernya cerita yang pengen gue tulis tapi gue lupa apa aja yang mau ditulis (salahkan memori pendek ini ya...).

Belum lama ini (yang artinya udah lama), gue baca posting-an blog temen gue mengenai trend diet mayo. Sebetulnya, gue nggak baru sekarang ini denger tentang diet mayo ini. Setahun lalu, tepatnya bulan Februari, pas banget gue baru balik dari Bandung, gue lagi iseng-iseng liat instagram dan menemukan sebuah akun katering diet mayo di sana. Gambar-gambar yang dipost sangat menggiurkan (walau di caption-nya dijelasin sih itu makanan semua low salt even no salt at all). Saat itu gue nanya nih ke nyokap. I guess it’s a good way to diet. Terus katanya gue disuruh tanya ke kateringnya. So, gue tanya deh.

Setelah gue tanya, ternyata harga buat subcribe programnya (yang selama 2 minggu tanpa henti dengan menu diet yang sudah ditentukan tentu saja) lumayan mahal juga. Kira-kira hampir 2 juta rupiah. Pas gue bilangin ke nyokap, doi ya komennya “mahal juga ya. Itung-itung berarti kamu makan sekali 50-ribuan.”

Dipikir-pikir memang mahal sih ya. So, pada saat itu gue tangguhkan niat gue untuk ikutan. Hingga akhirnya diet ini mulai jadi trend. Jadi trend karena diet ini tidak memerlukan effort yang terlalu besar (kecuali effort lo untuk tahan nggak makan makanan kesukaan lo sih). Menu makanan udah disiapin, lo ga perlu repot lagi nyiapin menu. Dan kalau lo nggak cheating (dengan misalnya makan makanan bergaram/memakan makanan yang nggak dibolehin misalnya) berat badan lo at least akan turn 5-10 kg dalam waktu 14 hari itu. Gimana nggak bikin orang-orang ngiler sama program ini?

You can lose weight without sport (walau lebih baik lagi kalo lo olahraga juga, bisa turun lebih banyak) and literally do nothing (do nothing di sini bukan berarti lo goleran ga jelas ya abis makan, itu sih sama aja bohong).

Back to the topic, bulan lalu lah kali ya temen gue ini ikutan program diet mayo ini. Dan dia menulis pengalamannya di blog. Nggak lama setelah itu, temen kantor gue ngajakin ikut diet ini. Karena kebetulan sekali ada katering diet mayo yang lagi promo (dengan ajak banyak temen harga kateringnya jadi lebih murah). Setelah berhasil ngumpulin 6 orang, kami ikutan. Harganya cuma 600-ribuan aja. Bayangin bedanya jauh ya... hahahahha..

Pada tanggal 11 April, akhirnya kami mulai programnya. Dan.... IT’S BEEN HELL!!! Hahahha.... I am not exagerating ya. Serius. So peraturannya adalah lo harus makan apa yang dikirimkan katering sama lo. No cheating, no drama. Makanannya beneran hambar nggak ada rasa. Yang paling bikin heboh (buat gue sih) ketika dapat menu bayam yang hambar. Gue ini karnivora sejati (walau gue bisa makan sayur, gue termasuk picky). Makan bayam di sayur bening aja malas. Ini lagi bayamnya hambar. Hampir muntah guys makannya. Jujur.

Hari pertama, menunya ini:


Okelah, lumayan (kecuali menu bayamnya ya). Tapi pas makan ayam itu, yang awalnya gue merasa “it’s not that bad” lama-lama lelah ngunyahin ayam ini. Gue sampe bilang ini ayam rasanya kayak penghapus (yeah, yeah gue belom pernah sih nyoba makan penghapus sebenernya. Cuma teksturnya kayak penghapus banget. Dry, tebel lagi, trus hambar).


Hari kedua ini menunya:

Pas banget di hari kedua ini gue harus pergi survey ke Bogor. Survey lokasi untuk training yang diadakan bulan Mei. Menu untuk hari ini, lumayan enak. Pasta dengan daging cincang dan paprika, terus menu malamnya sandwich, melon dan yakult. Ini enak. Cuma godaan di hari kedua ini adalah, karena gue pergi ke Bogornya bareng bos gue (yang nggak ikutan diet mayo of course), dia makan siang di Gumati dan gue hanya bisa ngiler. Hahahhaa sial.



Hari ketiga:
 

 Menunya enak. Hahahhaa.. Kami dikirimin bibimbab untuk lunch dan fish fillet untuk makan malam. Bibimbab-nya sebenernya sih nggak pakai nasi ya. Tapi pakai soun (kayaknya sih). Dan pakai SAMBEL!!! Hahahahah. Walau sambelnya sedikit sih. Cuma lumayan lah ada rasa-rasanya. Fish fillet-nya ini juara banget (nggak bukannya juara karena uenak banget gitu sih). Penyelamat hidup gue yang rindu sama perdagingan dan gue rindu sekali fish & co. Hahahahaha...




Hari keempat:


Gue lupa ya menu malamnya apa. Kayaknya cuma pepaya sama susu kalo nggak salah. Gue sih sejujurnya bahagia sama menu hari keempat ini. Dapet mashed potato dan keju. Yang nggak suka cuma karena ada wortel batangan segede-gede itu. Tapi, menu hari ini temen gue nggak suka banget. Karena menurut dia nggak enak plus temennya pepaya malah susu ultra lowfat yang plain itu. Well, your loss guys. Gue sih kenyang banget sama menu hari ini. XDD



Hari kelima:



 Ini super nyiksa. Menu hari kelima ini suer nggak jelas. Jadi kami disajikan udon,) plus tempe bumbu kuning dengan katsuoboshi (yang suka ada di atas takoyaki itu lho if you’re not familiar with the name dengan rasa yang aduh sumpah nggak lagi-lagi deh makan ini) dan sambel. Serta semangka. Gue makan ini udah nggak pakai mikir yang penting telan dan habis. Di sini gue cheating sih. Minta secuil lele goreng temen gue. Karena rasanya amat sangat tidak berperi kedietan lagi (apalah ini entah). Terus malamnya gue harus ketemu lagi sama si ayam penghapus. Tobaaaaat!! Bisa nggak sih 9 hari sisanya berlalu lebih cepat?




Hari keenam dan ketujuh:

Pada hari ini yang jatuh pada hari Sabtu dan Minggu, kami nggak dikirimin makanan sih. Tapi kami sudah diberi instruksi untuk menu yang harus disiapkan. Menu siangnya adalah telur dan sayur. Malamnya dada ayam. I tried my best to prepare the food. Tapi memang masalah gue adalah nggak bisa merebus telur dengan baik. Telurnya pun berakhir runny dan nggak solid. Ayamnya sih lumayan lah. Nggak semenyiksa ayam penghapus. Hari Minggunya, kami hanya disuruh untuk total detox dengan hanya memakan buah. So gue sengaja beli buah sih karena kebetulan buah di rumah habis.


Minggu pertama, done.


Hari Senin-nya, gue mengharapkan ada menu-menu yang enak lagi dong untuk 5 hari terakhir ini. Iya nggak? Ternyata.... sisa 5 hari berikutnya adalah pengulangan menu. Sebagian besar sih ngulang ya. Senin sama, Selasa cuma diganti pastanya jadi long macaroni dan fetuccini, Rabu sama, Kamis... nah. Kamis ini gue tunggu-tunggu karena gue pikir menunya sama. Ternyata menu makan siangnya jadi ini:


Kan sedih. Enak sih rasanya tapi dibanding dengan Kamis minggu lalu jauuuuuuuh banget. Hiks. Karena gue lelah, akhirnya gue memutuskan Jumat gue akan berhenti. Means, Jumat gue udah nggak akan makan menu yang dikirim. Hahahahha. Cukup tahu ajalah gue rasanya begini.

Jumat gue beneran makan nasi Padang (hahahaha, tapi nasinya setengah kok) dengan lauk yang hanya telur dadar dan perkedel. Dan gue kaget sih ternyata karena selama ini makan dengan porsi kecil, gue jadi cepet banget kenyang. Itu aja kenyang banget sih. Dulu mana mungkin kenyang dengan nasi setengah.

Dan berat badan gue kurang lebih turun hampir 10 kg. YEAY!! Hahahaha! Tapi gue sadar sih. Dengan berat yang turun drastis, responsibility gue untuk mempertahankan itu yang diuji. Oh iya. Hasil gue dari diet ini adalah.... gue bisa muat memakai baju ini:


 FYI, baju ini gue beli dari temen gue udah lama. Tapi nggak pernah gue pake karena bagian lengan dan dada serta pinggul itu sempit. Bagian lengan kayak mau robek gue nggak bisa bergerak bebas. Bagian dada, nggak bisa dikancing. Bagian pinggul, ya.. ngetat gitu lah ketahan. But, ketika hari Kamis, hari terakhir gue diet itu, gue ke kantor pakai baju ini, luar biasa, baju ini muat. Dan masih ada sisa di bagian dadanya. Hihihi... bahagia lho ketika tahu ternyata diet yang gue lakukan ini (dan telah menyiksa gue dua minggu ini) berhasil.


Intinya adalah, selama kita usaha, apapun mungkin. Walau dalam diet ini banyak banget tantangannya (dari yang digodain temen, banyak banget orang kantor yang ultah menyebabkan banyak juga makanan menggoda yang nggak bisa dimakan sama gue, badan lemes karena kurang asupan garam, dst, dll, dsb). Tapi dukungan mama dan adik, serta temen yang support (thanks Falen), membuat gue bisa melewati ini sih.

Kalau ditanya mau ngulang ikut diet ini lagi apa nggak, kayaknya gue akan pikir-pikir ulang sih. Hahahhaha.

In the end, kegiatan diet ini memang harus dikaji lagi tujuannya apa. Karena kalau hanya untuk sekedar kurus, teman-teman gue yang ikutan juga diet ini banyak yang merasa kecewa karena setelah turun beberapa kilo, mereka stuck di berat yang sama. Kemudian jadi putus asa dan berhenti dietnya. Kalo gue, karena dari awal nothing to lose aja, ketika berat badan turun dan mulai merasa jauh lebih ringan, gue sih mulai mengatur makan gue. Porsinya yang gue atur, berusaha untuk nggak makan malam juga dan tetap minum air dengan suhu ruangan.

Hidup sehat itu wajib, guys. Kalo dengan hidup sehat itu menghasilkan badan yang langsing, bolehlah dianggap bonus. Iya nggak? :)


Love,
Nifa

No comments: