Hai...
Been a while ya. Hehehhee......
Hari ini gue mau bayar hutang. Banyak banget
sebenernya cerita yang pengen gue tulis tapi gue lupa apa aja yang mau ditulis
(salahkan memori pendek ini ya...).
Belum lama ini (yang artinya udah lama), gue
baca posting-an blog temen gue mengenai trend diet mayo. Sebetulnya, gue nggak
baru sekarang ini denger tentang diet mayo ini. Setahun lalu, tepatnya bulan
Februari, pas banget gue baru balik dari Bandung, gue lagi iseng-iseng liat
instagram dan menemukan sebuah akun katering diet mayo di sana. Gambar-gambar
yang dipost sangat menggiurkan (walau di caption-nya dijelasin sih itu makanan
semua low salt even no salt at all). Saat itu gue nanya nih ke nyokap. I guess
it’s a good way to diet. Terus katanya gue disuruh tanya ke kateringnya. So,
gue tanya deh.
Setelah gue tanya, ternyata harga buat
subcribe programnya (yang selama 2 minggu tanpa henti dengan menu diet yang
sudah ditentukan tentu saja) lumayan mahal juga. Kira-kira hampir 2 juta
rupiah. Pas gue bilangin ke nyokap, doi ya komennya “mahal juga ya. Itung-itung
berarti kamu makan sekali 50-ribuan.”
Dipikir-pikir memang mahal sih ya. So, pada
saat itu gue tangguhkan niat gue untuk ikutan. Hingga akhirnya diet ini mulai
jadi trend. Jadi trend karena diet ini tidak memerlukan effort yang terlalu
besar (kecuali effort lo untuk tahan nggak makan makanan kesukaan lo sih). Menu
makanan udah disiapin, lo ga perlu repot lagi nyiapin menu. Dan kalau lo nggak
cheating (dengan misalnya makan makanan bergaram/memakan makanan yang nggak
dibolehin misalnya) berat badan lo at least akan turn 5-10 kg dalam waktu 14
hari itu. Gimana nggak bikin orang-orang ngiler sama program ini?
You can lose weight without sport (walau lebih
baik lagi kalo lo olahraga juga, bisa turun lebih banyak) and literally do
nothing (do nothing di sini bukan berarti lo goleran ga jelas ya abis makan, itu sih sama aja bohong).
Back to the topic, bulan lalu lah kali ya
temen gue ini ikutan program diet mayo ini. Dan dia menulis pengalamannya di
blog. Nggak lama setelah itu, temen kantor gue ngajakin ikut diet ini. Karena kebetulan
sekali ada katering diet mayo yang lagi promo (dengan ajak banyak temen harga
kateringnya jadi lebih murah). Setelah berhasil ngumpulin 6 orang, kami ikutan.
Harganya cuma 600-ribuan aja. Bayangin bedanya jauh ya... hahahahha..
Pada tanggal 11 April, akhirnya kami mulai
programnya. Dan.... IT’S BEEN HELL!!! Hahahha.... I am not exagerating ya. Serius.
So peraturannya adalah lo harus makan apa yang dikirimkan katering sama lo. No cheating,
no drama. Makanannya beneran hambar nggak ada rasa. Yang paling bikin heboh
(buat gue sih) ketika dapat menu bayam yang hambar. Gue ini karnivora sejati
(walau gue bisa makan sayur, gue termasuk picky). Makan bayam di sayur bening
aja malas. Ini lagi bayamnya hambar. Hampir muntah guys makannya. Jujur.
Hari pertama, menunya ini:
Okelah, lumayan (kecuali menu bayamnya ya). Tapi
pas makan ayam itu, yang awalnya gue merasa “it’s not that bad” lama-lama lelah
ngunyahin ayam ini. Gue sampe bilang ini ayam rasanya kayak penghapus (yeah, yeah gue belom pernah sih nyoba makan penghapus sebenernya. Cuma teksturnya
kayak penghapus banget. Dry, tebel lagi, trus hambar).
Hari kedua ini menunya:
Pas banget di hari kedua ini gue harus pergi survey ke Bogor. Survey lokasi untuk training yang diadakan bulan Mei. Menu untuk hari ini, lumayan enak. Pasta dengan daging cincang dan paprika, terus menu malamnya sandwich, melon dan yakult. Ini enak. Cuma godaan di hari kedua ini adalah, karena gue pergi ke Bogornya bareng bos gue (yang nggak ikutan diet mayo of course), dia makan siang di Gumati dan gue hanya bisa ngiler. Hahahhaa sial.
Hari ketiga:
Hari keempat:
Gue lupa ya menu malamnya apa. Kayaknya cuma
pepaya sama susu kalo nggak salah. Gue sih sejujurnya bahagia sama menu hari
keempat ini. Dapet mashed potato dan keju. Yang nggak suka cuma karena ada
wortel batangan segede-gede itu. Tapi, menu hari ini temen gue nggak suka
banget. Karena menurut dia nggak enak plus temennya pepaya malah susu ultra
lowfat yang plain itu. Well, your loss guys. Gue sih kenyang banget sama menu
hari ini. XDD
Hari kelima:
Ini super nyiksa. Menu hari kelima ini suer nggak jelas. Jadi kami disajikan udon,) plus tempe bumbu kuning dengan katsuoboshi (yang suka ada di atas takoyaki itu lho if you’re not familiar with the name dengan rasa yang aduh sumpah nggak lagi-lagi deh makan ini) dan sambel. Serta semangka. Gue makan ini udah nggak pakai mikir yang penting telan dan habis. Di sini gue cheating sih. Minta secuil lele goreng temen gue. Karena rasanya amat sangat tidak berperi kedietan lagi (apalah ini entah). Terus malamnya gue harus ketemu lagi sama si ayam penghapus. Tobaaaaat!! Bisa nggak sih 9 hari sisanya berlalu lebih cepat?
Pada hari ini yang jatuh pada hari Sabtu dan
Minggu, kami nggak dikirimin makanan sih. Tapi kami sudah diberi instruksi
untuk menu yang harus disiapkan. Menu siangnya adalah telur dan sayur. Malamnya
dada ayam. I tried my best to prepare the food. Tapi memang masalah gue adalah
nggak bisa merebus telur dengan baik. Telurnya pun berakhir runny dan nggak solid.
Ayamnya sih lumayan lah. Nggak semenyiksa ayam penghapus. Hari Minggunya, kami
hanya disuruh untuk total detox dengan hanya memakan buah. So gue sengaja beli
buah sih karena kebetulan buah di rumah habis.
Minggu pertama, done.
Hari Senin-nya, gue mengharapkan ada menu-menu
yang enak lagi dong untuk 5 hari terakhir ini. Iya nggak? Ternyata.... sisa 5
hari berikutnya adalah pengulangan menu. Sebagian besar sih ngulang ya. Senin
sama, Selasa cuma diganti pastanya jadi long macaroni dan fetuccini, Rabu sama,
Kamis... nah. Kamis ini gue tunggu-tunggu karena gue pikir menunya sama. Ternyata
menu makan siangnya jadi ini:
Kan sedih. Enak sih rasanya tapi dibanding
dengan Kamis minggu lalu jauuuuuuuh banget. Hiks. Karena gue lelah, akhirnya
gue memutuskan Jumat gue akan berhenti. Means, Jumat gue udah nggak akan makan
menu yang dikirim. Hahahahha. Cukup tahu ajalah gue rasanya begini.
Jumat gue beneran makan nasi Padang (hahahaha,
tapi nasinya setengah kok) dengan lauk yang hanya telur dadar dan perkedel. Dan
gue kaget sih ternyata karena selama ini makan dengan porsi kecil, gue jadi
cepet banget kenyang. Itu aja kenyang banget sih. Dulu mana mungkin kenyang
dengan nasi setengah.
Dan berat badan gue kurang lebih turun hampir
10 kg. YEAY!! Hahahaha! Tapi gue sadar sih. Dengan berat yang turun drastis,
responsibility gue untuk mempertahankan itu yang diuji. Oh iya. Hasil gue dari
diet ini adalah.... gue bisa muat memakai baju ini:
Intinya adalah, selama kita usaha, apapun
mungkin. Walau dalam diet ini banyak banget tantangannya (dari yang digodain
temen, banyak banget orang kantor yang ultah menyebabkan banyak juga makanan
menggoda yang nggak bisa dimakan sama gue, badan lemes karena kurang asupan
garam, dst, dll, dsb). Tapi dukungan mama dan adik, serta temen yang support
(thanks Falen), membuat gue bisa melewati ini sih.
Kalau ditanya mau ngulang ikut diet ini lagi
apa nggak, kayaknya gue akan pikir-pikir ulang sih. Hahahhaha.
In the end, kegiatan diet ini memang harus
dikaji lagi tujuannya apa. Karena kalau hanya untuk sekedar kurus, teman-teman
gue yang ikutan juga diet ini banyak yang merasa kecewa karena setelah turun
beberapa kilo, mereka stuck di berat yang sama. Kemudian jadi putus asa dan
berhenti dietnya. Kalo gue, karena dari awal nothing to lose aja, ketika berat
badan turun dan mulai merasa jauh lebih ringan, gue sih mulai mengatur makan
gue. Porsinya yang gue atur, berusaha untuk nggak makan malam juga dan tetap
minum air dengan suhu ruangan.
Hidup sehat itu wajib, guys. Kalo dengan hidup
sehat itu menghasilkan badan yang langsing, bolehlah dianggap bonus. Iya nggak? :)
Love,
Nifa
No comments:
Post a Comment