Cast: Edde Redmayne, Felicity Jones, Charlie
Cox, Harry Lloyd, David Thewlis
Rating: 8 of 10
Year: 2014
Film yang
jadi salah satu nominasi Oscar ini benar-benar mindblowing. Sebuah cerita
biografi yang dikemas dengan apik dan dimainkan dengan sangat mengesankan.
Semua aktingnya matang bahkan sampai ke supporting actors/actresses nya.
Bercerita
tentang kehidupan seorang fisikawan jenius, Stephen Hawking. Stephen
yang saat itu tengah melanjutkan studinya untuk gelar Ph.D bertemu dengan
seorang wanita yang sebenarnya bertolak belakang dengan dirinya yang istilahnya
‘cupu’, Jane Wilde. Bertatapan di sebuah pesta, keduanya pun berkenalan dan
nampak sekali, Stephen tertarik dengan Jane sejak awal (dan tampaknya Jane pun
demikian, karena dia memberikan nomor teleponnya). Hubungan yang aneh di mata
teman Jane, karena Jane memiliki lingkungan pergaulan yang jelas berbeda dengan
Stephen. Namun, Stephen yang tidak mudah putus asa akhirnya mendapatkan Jane
dengan caranya yang menurut saya unik dan aneh. But the weirdest the way is the
best, I guess.
Ketika
semuanya terasa sangat sempurna, Stephen harus mengalami sebuah kejadian yang
membuat dirinya ‘jatuh’. Didiagnosis mengidap penyakit ALS (Amyotrophic Lateral
Sclerosis) dan divonis hanya bisa hidup paling tidak 2 tahun lagi, Stephen
mengurung diri di kamarnya. Menjauh dari semua orang, terutama Jane. Namun
Jane, yang saat itu ‘trully, madly, deeply in love’ dengan Stephen, tak menyerah,
bahkan ketika ia mengetahui penyakitnya. Tetap gagah dan tegar, ia pun
menyatakan keinginannya untuk menikahi Stephen.
Cerita yang
sangat menggugah menurut saya karena kita semua akan dibawa ke dalam suasana
yang sedih namun dibalut dengan suasana yang romantis. Keadaan Stephen sebagai
penderita ALS, yang tetap tidak membuatnya berhenti untuk meneliti dan terus
belajar. Rasa lelah dan jenuh Jane menghadapi kehidupannya bersama Stephen,
meski ia tidak mengutarakannya dengan gamblang, sungguh sangat menarik untuk
disimak.
Seakan
tertarik ke dalam cerita, saya hampir tidak pernah menyentuh ponsel saya.
Namun, film ini pun seperti film-film yang lain, memiliki kekurangan. Alurnya
terlalu datar, beberapa kali mudah ditebak. Meski begitu, kekurangannya termaafkan
dengan akting Eddie Redmayne yang sangat luar biasa (saya rasa kemenangannya
dalam ajang Oscar sungguh pantas melihat aktingnya di film ini). Jujur, saya
dan teman saya yang menonton sungguh tidak bisa berkata-kata. Selain itu, meski
bercerita tentang seorang fisikawan jenius, cerita ini jauh dari kata berat
atau njelimet. Mungkin, ini juga menjadi salah satu hal yang membuat kekurangan
film tadi termaafkan.
Saya rasa,
meski gagal menyabet piala Oscar untuk kategori Best Pictures, film ini sudah
sangatlah keren dan sayang untuk dilewatkan. Bagi yang belum sempat menonton,
bisa jadikan film ini sebagai salah satu film untuk ditonton di saat senggang.
Selamat
menonton teman-teman.
Salam dari
si penggila film
-nifa