Ahiyaaa~ (maklumi
anaknya yang suka bikin salam semau-maunya)
I know I just posted
before. But please let me let out what’s in my mind. I really need it right
now.
Oke. Jadi gini. Seharian
ini, gue nggak habisnya mandangin hape gue. Berharap ada sms mengenai
kelanjutan wawancara gue. But, I still have not get any message(s) yet. Still optimist
eventhough rasanya menipis. Hmm…
Tiba-tiba, kembali
terpikir masalah yang beberapa bulan lalu gue pikirin. Perihal lanjut master
langsung setelah lulus. Jadi, sebenarnya, pas mau sidang gue itu malah sibuk
buka-buka situs LPDP dan download list universitas yang ada di LPDP. I did my
own research. Buka link universitasnya, cek jurusannya, gimana cara masuknya,
ada thesis atau nggak, berapa lama, apa aja yang dibutuhkan dan lain-lain. I really
do want to continue my study.
Hal ini bukan perkara
mudah. Pertama, karena gue memutuskan untuk master di luar negeri. Which means,
I need to fight to get a scholarship. Which leads to, what major I want to
take. Aaand, does the major I want to take need me to write a thesis or not. Kenapa
luar negeri, mungkin ada sebagian dari teman-teman yang bertanya tentang ini. Well,
I just want to go abroad and take as many lessons as I can.
Bukan berarti
universitas di Indonesia kurang baik atau gimana gitu ya kualitasnya. Tapi I just
want to explore some countries while I learn something. Jadi bukan semata
jalan-jalan gitu (not that I think traveling to other country is bad though). Nah,
karena gue ingin di luar negeri, gue harus berjuang untuk dapat beasiswa. Kenapa?
Karena pasti nggak murah. Dan tentu ortu juga nggak akan segitu mudahnya
mengeluarkan uang untuk biayain master gue.
Dari situ, muncul
pertanyaan, jurusan apa sebenarnya yang gue mau ambil. Jujur sampai saat ini,
jurusan masih jadi satu hal yang gue bingung. Gue ini sarjana pendidikan, tapi,
gue nggak mau ambil master di bidang itu. Bukannya nggak suka, tapi ada hal-hal
yang ingin gue pelajari selain disiplin ilmu yang gue ambil sebelumnya. Jurusan-jurusan
yang menarik bagi gue setelah lihat-lihat beberapa web universitas adalah
TESOL, International Relations, Journalism atau Broadcasting, Literature dan
beberapa jurusan social studies dan humaniora (catatan gue sebenarnya hilang
pasca sidang. Kayaknya keselip dan sampai sekarang belum ketemu TT TT).
Jurusan-jurusan itu
gue temukan di beberapa universitas yang ada di Australia, UK, US, Korea,
Jepang dan Singapura. Khusus untuk Jepang dan Korea, gue sebenarnya sih nyari
juga yang bahasa pengantarnya Inggris. Selain karena masih worried tentang
thesis, gue masih suka roaming jadi precaution aja. Jangan sampe udah jauh-jauh
kuliah malah nggak nangkap ilmunya. Kan sayang.
Then it leads to
thesis. Ya, gue masih trauma sama yang namanya thesis gara-gara skripsi
(membenarkan apa yang Nana tulis di blognya mengenai ini). Gue, jujur aja,
nyusun skripsi itu empat semester. Took me a while, yeah, dan itu beneran
menghabiskan waktu gue. Gue bukan tipe orang yang suka penelitian. I love
reading, I do. Tapi membaca karena suka dan membaca karena harus untuk meneliti
itu beda (at least buat gue sampai saat ini). I love making paper. Kalau topik
papernya gue paham dan kuasai. Sementara beberapa penelitian, nggak selalu
mengenai hal yang kita inginkan, iya nggak? Terkadang ada campur tangan dosen
pembimbing dan beberapa teman yang berkesempatan kuliah di sana, memberi
testimoni yang demikian.
So, I really did read
thoroughly about the non-thesis major or program. Dan ada! Di beberapa
universitas di Aussie dan UK juga Korea ada program non-thesis. Kalau di Aussie
dan UK namanya Course Program. Only take a year to complete (kalau nggak salah
ingat). Kalau di Korea namanya apa ya, kalau nggak salah ada yang bisa milih
mau ambil jalur thesis atau non-thesis. Kalau ini tetap dua tahun. Jadi kita
hanya perlu menyelesaikan kredit yang dibutuhkan, menyelesaikan beberapa jurnal
dan mungkin ada internship beberapa bulan (jadi nanti 1 tahun lebih sedikit)
and you get your master. Sayangnya, di Jepang nggak ada. Di US juga kayaknya
ada sih, tapi lupa.
Ya, jadi garis
besarnya begitu. Untuk merealisasikan mimpi gue ini, masih ada beberapa hal
yang harus gue penuhi. Salah satunya TOEFL. Ya, gue tentu saja harus memiliki
sertifikat TOEFL atau IELTS. Ini yang masih harus gue penuhi sekarang. Gue akan
cicil satu persatu sebelum ada pemberitahuan lagi. Supaya nanti saat ada
pengumuman, gue bisa langsung apply. So I need to research again (dan mencatat
baik-baik kali ini nggak boleh hilang lagi).
Gue mungkin bukan
orang yang pandai, bukan orang yang suka belajar terus menerus (belajar di sini
maksudnya yang mencatat, menghapal, etc.), tapi gue orang yang banyak mau. Gue selalu
mau tahu hal yang gue nggak tahu. Gue nggak suka ujian, tapi, gue suka
mempelajari hal baru. Lucu ya, nggak suka belajar padahal. I love to learn
something about things I like. Jadi, ya, begitu. Keinginan gue ambil S2 atau
master mungkin bukan untuk gelar semata, tapi ingin menghilangkan rasa haus gue
untuk tahu tentang dunia. Dan gue nggak peduli sih apakah nantinya gelar gue
akan berguna untuk masa depan gue atau pekerjaan gue di masa depan walau gue
selalu berharap apa yang gue kerjakan nanti akan terbantu dengan ilmu gue. So,
yeah. Wish me the best of luck. Gue sekarang sedang merajut perlahan mimpi gue.
Berharap, suatu saat, gue bisa benar-benar mewujudkannya.
I have a dream. And that
dream is bigger than me. But I really grateful I have it. Someone really needs
a big dream in their life so that they can achieve more and more before they
get what they’re dream of (pardon my english).
Love,
-Nifa